Sabtu, 05 Desember 2009

GERAKAN 9 DESEMBER

Orang nomor satu di republik saat ini,Susilo Bambang Yudoyono, menembakkan peluru antipatif adanya setingan agenda gerakan sosial melalui data “intelegen” pada tanggal 9 desember. Facroel salah satu konstruktor gerakan 9 desember menghembuskan rencana aksi memboyong kurang lebih seratus ribu massa untuk mengaksentuasi momentum hari anti korupsi seduni yang jatuh pada tanggal 9 desember. Agenda perlawanan gerakan diarahbidikkan kepada niatan menjadikan Republik ini sebagai sumber inspirasi negara-negara asia, jika memungkinkan dunia sebagai kiblat pembelajaran perjuangan perlawanan koruptor-koruptor yang masih menjadi anak manis di negeri ini dengan kamuplase-kamuplase yang nyaris tidak teridentifikasi dengan jelas.
Karya seni yang diberi notasi-notasi not, dinyanyikan berduet membesar menjadi paduan suara untuk syair”Maling-teriak maling”menggelegar mengoyak mendungnya langit indonesia, Hujan air mata, gelegar sumpah mengejutkan penghuni langit. Sulit menentukan siapa polisi-siapa maling, siapa pesakitan-siapa hakim, siapa pemerintah-siapa penjajah, siapa boneka-siapa tuan,Siapa benar-siapa salah, siapa melanggar-siapa dilanggar.Siapa teman-siapa lawan,Siapa pahlawan-siapa pecundang, siapa wakil rakyat-siapa atas nama rakyat.Siapa saudara-siapa saudagar.Rincian-rincian kebingungan tersebut telah terjalin sedemikian kusutnya hingga sulit untuk diurai, ditarik pelurusannya.Indonesia telah menjadi negeri “swasembada bencana politik”, surplus chaos, negara disorder, paradoks orientasi atau disorientasi kiblat kenegaraan.
Penunggang kuda-kuda politik, dengan semangat mengacungkan telunjuk ke langit untuk menjadi yang pertama menguasai tali pelana kuda senayan. Seolah-olah memanfaatkan aji-mumpung penyeimbangan kembali peran partai pasca limbungnya kepercayaan konstituen masa pesta demokrasi.Terlepas benar atau salah demikianlah kepungan kesan-kesan yang harus diderita bagi mereka yang memutuskan memacu kuda-kuda politiknya di arena pacuan senayan. Kultur pacuan kuda senayan adalah kultur kontestasi, kultur rebut pengaruh, kultur membangun taste garis perjuangan partai.Kultur podium yang hanya mengharamkan semua kontestan menaiki podium.Jawara hanya satu,jika ada dua ya runnerup.
Persoalannya menjadi meluas, senayan bisa saja memacu kuda-kuda politiknya dengan kecepatan menjebol, menabrak, merubuhkan konstruktor pemenang kenduri politik 2009-2014,namun harus diingatkan pergerakan-pergerakan kuda-kuda politi senayan tidak sendirian melakukan aksi-aksi pacuan.Harus dipelototi dengan mata terbuka, bahwa pacuan kuda-kuda politik telah membirahikan para suporter diluar gelanggang.Sebuah arena pacuan politik baru menjamur dimana-mana.Semua bergerak dengan kibaran bendera masing-masing; sangat sulit untuk dibedakan mana penggembira, mana masa sintesis yang menggabungkan enterteimen dan promosi pembela kebangsaan.
Di bilik spektum yang lebih luas, gerakan supraglobal mulai mengocok kartu-kartu permainan baru update keterlibatan politik global.Paling tidak gerakan kecil media Forbes telah menerabas riuhnya dentuman meriam-meriam perang senayan dengan mengalunkan musik slow jazz dengan anggun menarik lokomotif daftar orang-orang terkaya indonesia yang bisa memiliki nilai kekayaan hingga 60an Trilyun berbanding kontras dengan perdebatan 6an Trilyun bank terburuk kinerjanya namun terbaik pemberlakuan penguasa negeri ini, sebuah fenomena kontras dengan prosentasi orang miskin.Entah apa yang sedang diasuh dalam benak “globator-globator” dipentas politik global.
Di titik krusial, tentu kita berharap tinggi kepada kontestan-kontestan pergerakan untuk melakukan gerakan-gerakan yang harmoni, sebuah pergerakan yang bukan hanya dilesatkan dengan kekuatan menggolkan tujuan sangkaan klaimer kebenaran namun mengabaikkan dampak spektrum derita yang mungkin belum atau akan terlambat diestimasi terlebih diproteksi.
Republik ini, banyak memiliki rekaman sejarah terkait sepak terjang pergerakan yang mengatasnamakan apa saja. Selalu dalam dinamika pergerakannya memberanakkan gerakan-gerakan baru yang menyimpan dalam-dalam niatan pergerakannya.
Berapa besar pengaruh gerakan 9 desember?tentu sulit untuk di ramalkan! Gerakan baru senantiasa dihadang bahkan ditutup dengan gerakan baru.Gerakan pemetaan dana aliran rekening dihadang dengan gerakan pelaporan pencemaran nama baik. Gerakan cicak dan buaya, ditandingi dengan gerakan “aligator versus cicak sirkus”. Masa Gerakan Nurani dilawan gerakan berbayar.
Masih adakah rupa-rupa gerakan lainnya? Tentu kita harus sabar karena gerakan-gerakan tersebut masih memiliki rasa malu untuk tampil, lainnya masih membutuhkan ritme penyesuaian ketukan-ketukan birama kedewasaan dana dan gagasan.
Bayangkan saja jika benda-benda langit memiliki pergerakan yang berlawanan?dipastikan wacana 2012 menjadi analogi yang tepat untuk membahasakannya. Demikian halnya jika pergerakan-pergerakan sosail politik bergerak dengan garis perjuangan yang berbeda, benturan-benturan peradaban akan segera mendefinisikan dirinya secara destruktif.Semoga bukan fenomena ini yang muncul.

Catatan Surabaya 5 desember 2009.

Tidak ada komentar: